Jumat, 23 Agustus 2013

Cerita Tentang Saya - Tulisan sederhana ini adalah refleksi dari apa yang ada di hati dan fikiran saya. Sesuatu atau mungkin banyak hal yang terpemdam dan (tidak sengaja) tersembunyi dengan berbagai alasan.
menulis sebenarnya bukan hal yang baru,sedari SD saya suka menulis terutama saat pelajaran Bahasa Indonesia, jika disuruh bercerita di atas kertas, karangan saya bisa jadi yang terbanyak diantara teman-teman sekelas. he he he ketahuan banget suka ngobrol.

Menginjak remaja, buku diary adalah sarana saya menulis selanjutya,maklum ahir 80 an sampek 90 an belom ada twiter,fesbuk atau apalah itu baru saat kuliah saya memutuskan untuk benar-benar nyemplung  ke organisasi jurnalistik kampus UNY waktu itu. Dengan rasa deg-degan saya ikuti semua tahapan penerimaan anggota baru hingga benar-benar bisa total nyemplung didalamnya dan garapan perdana saya adalah buletin dwi mingguan dengan tema wanita dan sepak bola, demikian hingga beberapa kali terbitan. Saya menikmati peran kecil untuk liputan rubrik-rubrik ringan. Saya faham kapabilitas dan wawasan saya masih jauh tertinggal dibandingkan beberapa kawan dengan disiplin ilmu yg mendukung seperti sasindo atau sejarah. Belum lagi referensi buku yang saya lahap kebanyakan bukan buku tentang  jurnalistik atau  biografi tokoh seperti yg kawan saya baca. Kebanyakan buku kuliah yg saya sapu bersih mengingat dan menimbang  standar IPK yg harus cukup baik yg harus saya rengkuh demi memenuhi janji membanggakan orang tua.
Setelah beberapa kali menggarap buletin ahirnya saya diberi kepercayaan untuk ikut nimbrung di majalah kampus dengan topik yang agak berat, soalalih fungsi perumahan dosen yg disinyalir melanggar peruntukan nya semula,di situlah saya harus mewawancara narasumber yang juga pembimbing utama skripsi saya hehehe (maaf ya pak ranto) dengan berat hati dan berhati-hati beliau menjawab beberapa pertanyaan saya yg agak nyentil itu, dan alhamdulillah saat beberapa dosen menolak diwawancara beberapa dosen lain  masih mau untuk memberikan suara, ahinya selesailah tugas berat pertama saya, Bangga rasanya saat nama saya dicantumkan dalam komposisi redaksi.....hmmm
Selepas kuliah saya benar-benar stag dalam menulis, saya melewati masa-masa sulit. Tak ada karya yg bisa dipublish apalagi dibanggakan, selain karena tak ada media mood saya untuk sekedar corat coret hilang ditelan bumi. Hingga ahirnya hasrat nulis muncul saat demam fesbuk melanda, up date status jadi pelampiasan kolaborasi berbagai rasa, beberapa tulisan pernah juga saya kirim ke edaksi bultein guru meski tidak pernah dimuat karena dianggap terlalu ‘keras”, hehehe..... maklumlah jiwa militan selama menjadi jurnalis kampus masih suka muncul dan meluap-luap.
Pertemuan saya di fesbuk dengan mantan PU dan dilanjut dengan bbm an di grup mengantarkan saya pada teman-teman lama yang bermetamorfosis menajdi orang-orang hebat dibidangnya, dari mereka saya banyak belajar, bahwa menulis tidak harus selalu ilmiah atau pun puitis, menulis bisa mengangkat tema-tema sederhana yg muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berselancar di blog emak emak yg suka masak saya pun memahami bahwa banyak cerita yg bisa saya tulis bahkan ketika saya bereksplorasi di dapur,atau ketika bermain dengan anak, meski  saya faham saya bukanlah koki handal seperti wanita kebanyakan yg doyan berjam-jam didapur. Sya juga bukan full mommy yg bisa 24 jam mengasuh anak, karena justeru sebagian besar waktu saya dihabiskan untuk mengajar disekolah, les, dan mengurusi bisnis idaman. Tapi apapun nama dan perannya seorang perempuan tetaplah perempuan, perempuan tak akan pernah bisa menjadi laki-laki dan saya menikmati peran saya sebagai istri, ibu, pengajar dan pebisnis pemula, ya.....semua saya nikmati karena saya adalahseorang perempuan.
22.19 admin
Cerita Tentang Saya - Tulisan sederhana ini adalah refleksi dari apa yang ada di hati dan fikiran saya. Sesuatu atau mungkin banyak hal yang terpemdam dan (tidak sengaja) tersembunyi dengan berbagai alasan.
menulis sebenarnya bukan hal yang baru,sedari SD saya suka menulis terutama saat pelajaran Bahasa Indonesia, jika disuruh bercerita di atas kertas, karangan saya bisa jadi yang terbanyak diantara teman-teman sekelas. he he he ketahuan banget suka ngobrol.

Menginjak remaja, buku diary adalah sarana saya menulis selanjutya,maklum ahir 80 an sampek 90 an belom ada twiter,fesbuk atau apalah itu baru saat kuliah saya memutuskan untuk benar-benar nyemplung  ke organisasi jurnalistik kampus UNY waktu itu. Dengan rasa deg-degan saya ikuti semua tahapan penerimaan anggota baru hingga benar-benar bisa total nyemplung didalamnya dan garapan perdana saya adalah buletin dwi mingguan dengan tema wanita dan sepak bola, demikian hingga beberapa kali terbitan. Saya menikmati peran kecil untuk liputan rubrik-rubrik ringan. Saya faham kapabilitas dan wawasan saya masih jauh tertinggal dibandingkan beberapa kawan dengan disiplin ilmu yg mendukung seperti sasindo atau sejarah. Belum lagi referensi buku yang saya lahap kebanyakan bukan buku tentang  jurnalistik atau  biografi tokoh seperti yg kawan saya baca. Kebanyakan buku kuliah yg saya sapu bersih mengingat dan menimbang  standar IPK yg harus cukup baik yg harus saya rengkuh demi memenuhi janji membanggakan orang tua.
Setelah beberapa kali menggarap buletin ahirnya saya diberi kepercayaan untuk ikut nimbrung di majalah kampus dengan topik yang agak berat, soalalih fungsi perumahan dosen yg disinyalir melanggar peruntukan nya semula,di situlah saya harus mewawancara narasumber yang juga pembimbing utama skripsi saya hehehe (maaf ya pak ranto) dengan berat hati dan berhati-hati beliau menjawab beberapa pertanyaan saya yg agak nyentil itu, dan alhamdulillah saat beberapa dosen menolak diwawancara beberapa dosen lain  masih mau untuk memberikan suara, ahinya selesailah tugas berat pertama saya, Bangga rasanya saat nama saya dicantumkan dalam komposisi redaksi.....hmmm
Selepas kuliah saya benar-benar stag dalam menulis, saya melewati masa-masa sulit. Tak ada karya yg bisa dipublish apalagi dibanggakan, selain karena tak ada media mood saya untuk sekedar corat coret hilang ditelan bumi. Hingga ahirnya hasrat nulis muncul saat demam fesbuk melanda, up date status jadi pelampiasan kolaborasi berbagai rasa, beberapa tulisan pernah juga saya kirim ke edaksi bultein guru meski tidak pernah dimuat karena dianggap terlalu ‘keras”, hehehe..... maklumlah jiwa militan selama menjadi jurnalis kampus masih suka muncul dan meluap-luap.
Pertemuan saya di fesbuk dengan mantan PU dan dilanjut dengan bbm an di grup mengantarkan saya pada teman-teman lama yang bermetamorfosis menajdi orang-orang hebat dibidangnya, dari mereka saya banyak belajar, bahwa menulis tidak harus selalu ilmiah atau pun puitis, menulis bisa mengangkat tema-tema sederhana yg muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berselancar di blog emak emak yg suka masak saya pun memahami bahwa banyak cerita yg bisa saya tulis bahkan ketika saya bereksplorasi di dapur,atau ketika bermain dengan anak, meski  saya faham saya bukanlah koki handal seperti wanita kebanyakan yg doyan berjam-jam didapur. Sya juga bukan full mommy yg bisa 24 jam mengasuh anak, karena justeru sebagian besar waktu saya dihabiskan untuk mengajar disekolah, les, dan mengurusi bisnis idaman. Tapi apapun nama dan perannya seorang perempuan tetaplah perempuan, perempuan tak akan pernah bisa menjadi laki-laki dan saya menikmati peran saya sebagai istri, ibu, pengajar dan pebisnis pemula, ya.....semua saya nikmati karena saya adalahseorang perempuan.