menulis sebenarnya bukan hal yang baru,sedari SD saya suka menulis terutama saat pelajaran Bahasa Indonesia, jika disuruh bercerita di atas kertas, karangan saya bisa jadi yang terbanyak diantara teman-teman sekelas. he he he ketahuan banget suka ngobrol.
Menginjak remaja, buku diary adalah sarana saya menulis
selanjutya,maklum ahir 80 an sampek 90 an belom ada twiter,fesbuk atau apalah itu baru saat kuliah saya memutuskan untuk benar-benar nyemplung ke organisasi jurnalistik kampus UNY waktu
itu. Dengan rasa deg-degan saya ikuti semua tahapan penerimaan anggota baru
hingga benar-benar bisa total nyemplung didalamnya dan garapan perdana saya
adalah buletin dwi mingguan dengan tema wanita dan sepak bola, demikian hingga
beberapa kali terbitan. Saya menikmati peran kecil untuk liputan rubrik-rubrik
ringan. Saya faham kapabilitas dan wawasan saya masih jauh tertinggal
dibandingkan beberapa kawan dengan disiplin ilmu yg mendukung seperti sasindo
atau sejarah. Belum lagi referensi buku yang saya lahap kebanyakan bukan buku
tentang jurnalistik atau biografi tokoh seperti yg kawan saya baca.
Kebanyakan buku kuliah yg saya sapu bersih mengingat dan menimbang standar IPK yg harus cukup baik yg harus saya
rengkuh demi memenuhi janji membanggakan orang tua.
Setelah beberapa kali menggarap buletin ahirnya saya diberi
kepercayaan untuk ikut nimbrung di majalah kampus dengan topik yang agak berat,
soalalih fungsi perumahan dosen yg disinyalir melanggar peruntukan nya
semula,di situlah saya harus mewawancara narasumber yang juga pembimbing utama
skripsi saya hehehe (maaf ya pak ranto) dengan berat hati dan berhati-hati
beliau menjawab beberapa pertanyaan saya yg agak nyentil itu, dan alhamdulillah
saat beberapa dosen menolak diwawancara beberapa dosen lain masih mau untuk memberikan suara, ahinya
selesailah tugas berat pertama saya, Bangga rasanya saat nama saya dicantumkan
dalam komposisi redaksi.....hmmm
Selepas kuliah saya benar-benar stag dalam menulis, saya
melewati masa-masa sulit. Tak ada karya yg bisa dipublish apalagi dibanggakan,
selain karena tak ada media mood saya untuk sekedar corat coret hilang ditelan
bumi. Hingga ahirnya hasrat nulis muncul saat demam fesbuk melanda, up date
status jadi pelampiasan kolaborasi berbagai rasa, beberapa tulisan pernah juga
saya kirim ke edaksi bultein guru meski tidak pernah dimuat karena dianggap
terlalu ‘keras”, hehehe..... maklumlah jiwa militan selama menjadi jurnalis kampus
masih suka muncul dan meluap-luap.
Pertemuan saya di fesbuk dengan mantan PU dan dilanjut
dengan bbm an di grup mengantarkan saya pada teman-teman lama yang
bermetamorfosis menajdi orang-orang hebat dibidangnya, dari mereka saya banyak
belajar, bahwa menulis tidak harus selalu ilmiah atau pun puitis, menulis bisa
mengangkat tema-tema sederhana yg muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berselancar di blog emak emak yg suka masak saya pun
memahami bahwa banyak cerita yg bisa saya tulis bahkan ketika saya
bereksplorasi di dapur,atau ketika bermain dengan anak, meski saya faham saya bukanlah koki handal seperti
wanita kebanyakan yg doyan berjam-jam didapur. Sya juga bukan full mommy yg
bisa 24 jam mengasuh anak, karena justeru sebagian besar waktu saya dihabiskan
untuk mengajar disekolah, les, dan mengurusi bisnis idaman. Tapi apapun nama
dan perannya seorang perempuan tetaplah perempuan, perempuan tak akan pernah
bisa menjadi laki-laki dan saya menikmati peran saya sebagai istri, ibu,
pengajar dan pebisnis pemula, ya.....semua saya nikmati karena saya
adalahseorang perempuan.
Categories: Cerita
0 komentar:
Posting Komentar